YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 17 September 2011

Market and Materials


Hari ini aku pergi ke pasar bersama mamaku. Awalnya aku menolak karena aku masih ingin berselancar di alam bawah sadarku. Tapi aku dipaksa dan membuatku tak bisa menolak permintaan mama yang satu itu. Katanya anak perempuan harus bangun pagi. Lalu ke pasar untuk membeli bahan makanan. Aku tak pernah tahu istilah itu. Pasti mengada-ada.

Aku dan mamaku akhirnya pergi bersama ketika jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Jarak antara pasar dan rumahku tidak jauh. Hanya lima belas menit saja jika menggunakan motor.
Kami tiba di pelataran pasar. Pasar ini bukanlah pasar yang besar. Hanya sebuah pasar yaang dihimpit oleh pusat perbelanjaan. Tapi bukan juga pasar yang sepi. Meskipun tempatnya terbatas, tapi yang namanya pasar menyediakan berbagai macam bahan makanan.
Disini tidak terlalu ramai. Kukira pasar itu adalah tempat yang benar-benar seperti lautan orang dan berdesak-desakkan. Lalu kutanyakan saja keherananku itu ke mama. Oh…. Ternyata kalau jam segini pasar memang sudah tidak ramai lagi. Katanya orang yang membuat keramaian itu sudah pulang.
Aku masuk ke dalam pasar. Pasar ini tidak terlalu kotor. Tidak becek seperti kebanyakan orang membayangkannya. Bahkan terkesan tanah kering.
Aku menuju tengah-tengah pasar untuk membeli ayam. Terjadi tawar menawar sengit antara mama dan penjualnya. Aku hanya bisa melihat drama singkat di depanku ini tanpa berkata apa-apa.
Kami pun menekan harga pas setelah negoisasi itu. Lalu kami beralih ke tempat daging. Awal mulanya mamaku menanyakan harga daging. Tak lama dia berkomentar bahwa harganya yang meningkat drastis.
Penjualnya pun tak mau kalah. Dia bilang bahwa harga daginya memang segitu. Katanya semua harga daging di tempatnya ataupun di pedagang lain sama saja.
Meskipun awalnya tidak setuju dengan harganya, tapi tetap saja daging itu tetap masuk ke kantong belanjaanku.
Kami berjalan lagi ke tepian pasar. Kami menemukan banyak blok-blok yang menyediakan bahan rempah-rempah. Kami berehenti di salah satu toko yang berada disana. Kami pun membeli tomat, wortel dan bahan-bahan yang lainnya di butuhkan.
Tiba-tiba suatu makanan terbesit di otakku. Biji salak. Saat ini aku benar-benar ingin sekali memakan biji salak. Bukan karena aku mengidam! Tapi karena sudah lama aku tidak merasakan kenikmatan dessert kesukaanku itu.
Aku berbisik ke mamaku yang berada di sebelah kiriku. Lalu dia meminta bahan-bahan biji salak kepada sang penjual. Aku hanya tersenyum senang.
Setelah itu kami pulang dan membereskan bahan-bahan itu. Dimasukkan semuanya ke dua tempat, kulkas dan lemari. Tak sengaja aku melihat bahan-bahan biji salak tadi. Aduh… jadi tak sabar ingin cepat-cepat buka puasa.
Tak jadi aku membuat biji salak. Sepertinya ada kartun yang lebih menarik. Kutinggalkan dapur menuju ruang tv. Sudahlah, kartun memang lebih menarik. Lagian bukankah kita sedang berpuasa? Memasak hanya akan menggoda iman!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar