Hari ini aku pergi ke pasar
bersama mamaku. Awalnya aku menolak karena aku masih ingin berselancar di alam
bawah sadarku. Tapi aku dipaksa dan membuatku tak bisa menolak permintaan mama
yang satu itu. Katanya anak perempuan harus bangun pagi. Lalu ke pasar untuk
membeli bahan makanan. Aku tak pernah tahu istilah itu. Pasti mengada-ada.
Aku dan mamaku akhirnya pergi
bersama ketika jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Jarak antara pasar dan
rumahku tidak jauh. Hanya lima
belas menit saja jika menggunakan motor.
Kami tiba di pelataran pasar. Pasar
ini bukanlah pasar yang besar. Hanya sebuah pasar yaang dihimpit oleh pusat
perbelanjaan. Tapi bukan juga pasar yang sepi. Meskipun tempatnya terbatas,
tapi yang namanya pasar menyediakan berbagai macam bahan makanan.
Disini tidak terlalu ramai.
Kukira pasar itu adalah tempat yang benar-benar seperti lautan orang dan
berdesak-desakkan. Lalu kutanyakan saja keherananku itu ke mama. Oh…. Ternyata
kalau jam segini pasar memang sudah tidak ramai lagi. Katanya orang yang
membuat keramaian itu sudah pulang.
Aku masuk ke dalam pasar. Pasar
ini tidak terlalu kotor. Tidak becek seperti kebanyakan orang membayangkannya.
Bahkan terkesan tanah kering.
Aku menuju tengah-tengah pasar
untuk membeli ayam. Terjadi tawar menawar sengit antara mama dan penjualnya.
Aku hanya bisa melihat drama singkat di depanku ini tanpa berkata apa-apa.
Kami pun menekan harga pas
setelah negoisasi itu. Lalu kami beralih ke tempat daging. Awal mulanya mamaku
menanyakan harga daging. Tak lama dia berkomentar bahwa harganya yang meningkat
drastis.
Penjualnya pun tak mau kalah. Dia
bilang bahwa harga daginya memang segitu. Katanya semua harga daging di
tempatnya ataupun di pedagang lain sama saja.
Meskipun awalnya tidak setuju
dengan harganya, tapi tetap saja daging itu tetap masuk ke kantong belanjaanku.
Kami berjalan lagi ke tepian
pasar. Kami menemukan banyak blok-blok yang menyediakan bahan rempah-rempah.
Kami berehenti di salah satu toko yang berada disana. Kami pun membeli tomat,
wortel dan bahan-bahan yang lainnya di butuhkan.
Tiba-tiba suatu makanan terbesit
di otakku. Biji salak. Saat ini aku benar-benar ingin sekali memakan biji
salak. Bukan karena aku mengidam! Tapi karena sudah lama aku tidak merasakan
kenikmatan dessert kesukaanku itu.
Aku berbisik ke mamaku yang
berada di sebelah kiriku. Lalu dia meminta bahan-bahan biji salak kepada sang
penjual. Aku hanya tersenyum senang.
Setelah itu kami pulang dan
membereskan bahan-bahan itu. Dimasukkan semuanya ke dua tempat, kulkas dan
lemari. Tak sengaja aku melihat bahan-bahan biji salak tadi. Aduh… jadi tak
sabar ingin cepat-cepat buka puasa.
Tak jadi aku membuat biji salak.
Sepertinya ada kartun yang lebih menarik. Kutinggalkan dapur menuju ruang tv.
Sudahlah, kartun memang lebih menarik. Lagian bukankah kita sedang berpuasa?
Memasak hanya akan menggoda iman!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar