Memasak adalah suatu pekerjaan
yang wajib dikuasai oleh kaum wanita. Apalagi di negara kta Indonesia ini. Biasanya memasak
dijadikan sebuah patokan istri ideal. Memasak juga disebut-sebut sebagai
kepribadian seseorang. Kalau kita dapat memasak dengan baik, berarti kita
memiliki sifat kepekaan yang tinggi.
Banyak sekali stasiun tv yang
sekarang sudah menyiarkan acara memasak. Di mulai dari pembawa acaranya yang juga adalah koki. Atau lomba memasak
yang di setiap minggunya akan ada yang didiskualifikasi.
Menurutku memasak adalah hal yang
biasa saja. Tidak buruk ataupun menarik. Jujur saja, aku lebih suka makan
langsung daripada memasak.
Tapi aku juga bisa memasak. Aku
bisa memasak mie rebus. Itu kulakukan ketika aku sedang lapar dan kebetulan
tidak ada lagi makanan. Atau kalau aku bosan, aku juga bisa memasak telur.
Aku hanya memang bisa itu saja.
Untuk selebihnya aku tidak bisa.. Aku ingin sekali bisa menghidangkan sebuah hidangan yang enak,
tapi tak mau belajar terlebih dahulu.
Kali ini aku akan bercerita
tentang masak-memasakku. Mengingat bulan Ramadhan yang sedang berlangsung.
Pasti banyak sekali makanan yang ingin pembuka yang ingin disajikan ketika
berbuka puasa. Seperti kolak, es buah, candil, biji salak dan yang lainnya.
Memang banyak pilihan dessert.
Tapi ya itulah aku. Tak ada satupun yang kukuasai. Beruntung aku memiliki mama
yang bisa mengimbangi kekuranganku itu.
Mamaku sering sekali memasak
sesuatu dari buku resep yang dia baca. Meskipun tidak semuanya berhasil, tapi
makanan yang dibuatnya selalu enak.
Aku sering sekali mengajukan
makanan kesukaanku. Seperti pagi ini, aku ingin di buatkan biji salak. Biji
salak disini bukanlah sebuah biji salak yang benar-benar ada di dalam buah
salak. Tapi suatu makanan ringan yang terbuat dari berbagai macam bahan.
Hasilnya adalah sebuah sajian seperti kolak tapi lebih kenyal. Sangat nikmat
apalagi jika di disajikan dalam keadaan dingin.
Beruntunglah aku tidak harus
membeli bahan-bahannya karena mamaku sudah mendapatkannya kemarin di super
mareket. Kami langsung saja memasak di dapur rumahku.
Aku menyiapkan sebuah baskom.
Lalu mamaku memasukkan bahan-bahannya sesuai takaraannya. Semuanya dicampur
adukkan hingga merata. Tidak hanya merata, tapi juga halus. Tidak ada yang
menggumpal ataupun hal semacamnya. Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat
adonan seperti itu.
Setelah adonan selesai, kami
membagi dua adonan tersebut dan ditaruh di dua wadah. Yang satu dipegang olehku
dan yang satunya di pegang mamaku. Lalu kami ambil sedikit adonan itu dari
sebulat adonan besar. Kira-kira ukurannya sebesar jempol jari. Lalu di buat
bulat-bulat kecil dan dimasukkan wadah besar yang disediakan untuk hasil kami
berdua.
Adonan kami sangat banyak. Kami
berencana membuat untuk tiga hari sekaligus. Jadilah tangan kami pegal karena
banyak adonan yang harus kami bentuk.
Mungkin dua jam sudah aku dan
mamaku membuat bola-bola kecil itu. Lalu kami bersiap membuat airnya.
Pertama-tama merebus air secukupnya. Setelah masak, campurkan dengan beberapa gula
merah. Setelah itu, masukkan adonan bola-bola kecil itu kedalamnya. Lalu tunggu
saja hingga sajiannya hingga benar-benar matang.
Selagi menunggu biji salaknya
matang, kami tak lupa merebus air santan. Gunanya untuk membuat biji salak
lebih enak.
Setelah biji salaknya matang, aku
tuangkan hidangan itu di sebuah wadah besar. Dan sisanya lagi masih berada di
dalam panci. Aku angin-anginkan biji salak itu hingga tidak terlalu panas.
Setelah itu, barulah kami masukkan ke dalam kulkas.
Tidak terasa adzan maghrib sudah
tiba. Kami sekeluarga pun langsung menyantap biji salaknya. Wah…..rasanya
benar-benar enak. Lalu aku membanggakan diriku sendiri yang sudah membuatnya.
Tapi itu tak membuat anggota keluargaku yang lainnya takjub. Mereka pasti tahu
bahwa aku dibantu mama dalam hal ini. Tapi biarlah, yang penting enak….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar