Di bangun tidurku yang kedua hari
ini(setelah sahur), aku baru beranjak dari tidur ketika sinar matahari sudah
menganggu kenyamanan di alam bawah sadarku. Ku lihat sekelilingku melihat
keadaan kamar, seperti kapal pecah. Di kasur bawah yang ditempati oleh adikku,
benar-benar tidak bisa disebut sebagai tempat untuk tidur. Bayangkan saja.
Bantal tidak lagi berada di tempatnya. Seprai yang sudah tak terpasang lagi
dengan sewajarnya. Apalagi posisi kasurnya yang sudah miring entah berapa
derajat. Apalagi. Membuat pemandangan di depanku ini sungguh tidak pantas
disebut sebagai kamar perempuan.
Tak tahan aku melihatnya, ku
bereskan tempat yang sudah kusebut tempat ternyaman selama dua belas tahun
terakhir ini. Ku ambil bantal dan melemparkannya ke sembarang tempat di kasur
atas. Lalu kurapikan selimut. Tak lupa aku membereskan tempat tidurku yang
letaknya hanya berbeda beberapa puluh senti dari kasur adikku ini.
Setelah selesai merapikan tempat
tidur, kulihat jam dindingku yang berada di kamar. Ck… Aku lupa bahwa jam di
kamarku ini tidak berfungsi lagi. Sudah beberapa minggu terakhir ini alat
penunjuk waktu itu seperti itu. Hanya bisa menunjukkan pukul lima . Beberapa waktu lalu pun aku kelimpungan dibuatnya. Kupikir aku bisa tidur
lagi mengingat aku yang memang sedang tidak shalat bisa bangun ketika waktu
sudah menunjukkan pukul enam pagi. Benar-benar pagi yang tidak menguntungkan….
Kulangkahkan kakiku menuju ruang
tengah, tempat dimana aku dan keluargaku berkumpul sambil menonton tv. Hari ini
adalah hari libur puasa yang juga adalah hari minggu. Jadi sudah pasti kami
sekeluarga ada di rumah. Tapi yang kulihat hanya adikku yang sedang menonton tv
sambil merebahkan dirinya di atas sofa dan guling di antara kepala dan sofanya.
Pantas saja aku tak melihat guling tadi.
Orang tuaku tidak ada pagi ini.
Mungkin sedang sibuk dengan pekerjaannya lagi. Aku bingung dengan mereka. Apa
mereka tidak merasa muak dengan itu semua. Ya……meskipun aku tahu pekerjaannya
itu tidak akan menghabiskan waktu yang lama. Tapi yang namanya pekerjaan tetap
saja menguras tenaga dan otak.
Ku lihat jam yang terpampang
jelas disana. Pukul 08.00 pagi. Sebuah hal yang wajar bangun I jam segini
ketika liburan.
Liburan. satu kata yang membuatku
bahagia di awal perjalanannya dan membuatku bosan menghadapinya di akhir-akhir.
Bahagia karena dapat melepaskan penatku dan bosan karena tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Mungkin hanya tidur. Tapi itu juga tidak boleh dilakukan terus
menerus mengingat aku yang sedang menjalani puasa.
Tak berniat kembali tidur, aku
pun duduk di sofa dan menonton film kartun yang biasa di suguhkan khusus untuk
akhir pekan. Kartun memang ditujukan untuk anak kecil, tapi menurutku tidak ada
salahnya kalau remaja berumur 15 tahun juga ikut menonton. Kartun adalah
tontonan yang kusuka setelah film action. Selain dapat menghibur, tontonan
jenaka saat ini lebih menarik dari yang ku tonton dahulu. Itu membuatku tak
bosan untuk menontonnya.
Dua jam sudah aku duduk di depan
tv. Tak lama orang tuaku pulang dengan wajah ramahnya. Aku membalasnya dengan
senyuman pagiku hari ini. Melihat senyum mereka membuatku lupa akan kekesalaanku
karena tak menemukan mereka ketika bangun tidur. Benar-benar menenangkan hati.
Tapi suasana seperti itu tidak
bertahan lama. Setelah menumbar senyum indahnya, mereka langsung menyuruhku
membersihkan rumah. Awalnya aku menolak. Tapi karena diancam tak akan dibuatkan
capcai ketika berbuka puasa, aku pun menuruti.
Mereka bukanlah orang tua yang
suka mengancam terhadap anak-anaknya. Aku tahu itu. Mereka hanya membantuku
memberikan kesempatan untuk berbakti kepada orang tua. Bukankah berbakti adalah
suatu kewajiban bagi seorang anak? Lagipula capcai yang menjadi hadiahnya.
Aku pun mengambil kain pel.
Membersihkannya, menuangkan pewangi ke dalam ember berisi air dan membasahkan
kain pel tersebut ke dalamnya. Lalu ku seka setiap ubin di rumahku. Kukerahkan
sedikit tenagaku untuk mengepel ruangan. Itu kulakukan untuk menyimpan sebagian
tenagaku lagi melawan haus dan lapar.
. Bagiku, mengepel adalah pekerjaan
berat. Berbeda dengan hanya menyapu. Sapu lebih ringan daripada kain pel. Menyapu
juga tidak membutuhkan air yang sering kali mengenai baju. Dan yang paling
menyedihkan lagi daripada itu semua adalah, mengepel membutuhkan tenaga
berlebih ketimbang menyapu. Mengepel adalah mengangkat kotoran yang menempel
sedangkan menyapu hanya memindahkakan kotoran ringan saja. Beruntung aku
memiliki rumah yang tidak terlalu besar. Emmm…. Sedikit meringankan bebanku
tentunya.
Setelah selesai mengepel, aku
mencuci piring di salah satu sisi dapurku. Banyak sekali!!! Sudah kupastikan
ini adalah peralatan makan aku sekeluarga ketika sahur dan berbuka puasa
kemarin malam.
Aku hanya bisa mengurut dada
melihat tumpukkan cucian kotor itu. Banyak sampah yang sebelumnya tidak sempat
dipisahkan dari bak cucian. Mungkin karena terburu-buru menaruh cuciannya.
Kudekati cucian itu dan memulai
untuk mencucinya. Awalnya aku memisahkan antara sampah dengan peralatan
makanan. Lalu ku bilas dengan air satu persatu dan mengelompokkannya sesuai
dengan macam-macamnya. Gelas dengan gelas. Sendok dan garpu ku kumpulkan ke
dalam satu wadah. Piring ku tumpuk menjadi satu. Alat-alat memasak ku taruh di
bawah bak ini(sebuah kolong) untuk disisakan di akhir daftar pencucianku. Dan
peralatan lainnya seperti pisau aku tepikan di sisi lain bak ini yang masih
kosong.
Ku racik bahan-bahan pembersih
seperti sabun pencuci dan air di dalam suatu wadah. Lalu aku memulai membersihkan
piring dengan spoon yang sudah mengandung air sabun. Karena kebanyakan sabun yang
kutuagkan, aku harus memegang erat semua cucian agar tidak jatuh. Bahkan ada
sebuah mangkok yang jatuh. Tapi itu tidak membuatnya pecah. Mungkin karena
jarak antara titik rendah mangkok diatas udara itu hanya berbeda 1-2 senti
dengan permukaan jatuhnya mangkok itu. Heheh….
Kubilas semuanya sampai sabun
benar-benar hilang. Lalu ku taruh semuanya di sebuah lemari yang berada tepat
di samping tempat pencucian ini. Setelah itu kuambil peralatan masak di bawah
bak ini dan memulai proses pembersihan dengan cara yang sama.
Huh….. selesai juga pekerjaanku
hari ini. Mengepel dan mencuci piring adalah pekerjaan wajibku ketika liburan.
Tapi itu lebih bermanfaat daripada tidur. Jadi, tidak ada salahnya membantu
pekerjaan rumah. Rumah yang bersih karena tangan diri sendiri terasa lebih
menikmati kebersihannya, atau lebih menghargai. Itu membuat kita tidak
melakukan hal-hal yang membuat rumah
kita menjadi kotor kembali. Karena kalau kotor, bukankah kita juga yang
akan membersihkannya ulang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar